Main Article Content

Abstract

Many reason had been delivered for split policy implementation on a region. Started from economic growth does not appear everywhere and all at once; it appear in points or development poles with variable intensities. The development gap between Palembang Seberang Ulu and Palembang Seberang Hilir is still an unsolved problem. Therefore, need a way out in resolving this problem, that is establish new growth centers in the Palembang city. Base on the focus point, this research purposed to identify the growth center and hinterland on Palembang City at South Sumatera. The data obtain from Central Board of Statistics by using Scalogram analysis to determine the services center based on number and type of units of facilities that exist in any area. The conclusion is the sub-district as the center of economy growth interacting each other with the surrounding sub-district as hinterland.

Keywords: Growth Center, Hinterland, Scalogram analysis.

Article Details

How to Cite
Imelda, I. (2013). IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN DAERAH HINTERLAND KOTA PALEMBANG. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 11(1), 54–66. https://doi.org/10.29259/jep.v11i1.4913

References

  1. Blakeley, Edward J. 1994. Planning Local Economic Development, Theory and Practice, USA, Second edition, : SAGE Publication Inc.
  2. BPS Sumatera Selatan, Palembang Dalam Angka 2011.
  3. BPS Sumatera Selatan, Palembang Dalam Angka 2012.
  4. BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2011.
  5. BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2012.
  6. Djojodipuro, Marsudi. 1994. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
  7. Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning. Hutchinson Educational, London
  8. Harahap, Erwin, 2009. Kecamatan Perbaungan Sebagai Pusat Pertumbuhan di kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Sekolah Pascasarjana Program Studi
  9. Perencanaan Pembangunan Wilayaj dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara.
  10. Hestuadiputri, Dita. 2007. Peran dan Fungsi Kota Kecamatan Lasem Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Rembang. Tesis. Program Pascasarjana, Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan kota, Universitas Diponegoro, Semarang.
  11. Kodoatie, RJ. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
  12. Myrdal, G. 1968. Asian Drama-An Inquiry into The Poverty of Natios, Penguin, Harmondsworth.
  13. Perroux, F. 1950. Note Sur La Motion de Pole la Groisance. Economic Applioq-uce, Vol. 8.
  14. Prasetyo, 2009. Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus, Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan 2 (2) 222-236.
  15. Richardson, H.W., 1977. Dasar-dasar Ekonomi Regional. LPFEUI, Jakarta.
  16. Rustiadi E, Hadi S. 2006. Pengembangan Agropolitan Sebagai Strategi
  17. Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang dalam Kawasan Agropolitan Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang, Crestpent Press, P4W-LPPM IPB, Bogor
  18. Sibarani, M.H.M. 2002. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascarsarjana, universitas Indonesia, Jakarta.
  19. Sitohang, Paul. 2001. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Edisi Revisi, Penerbit FE-UI, Jakarta.
  20. Sugiyanto dan Sukesi, 2010. Penelitian Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lamansu, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2 Okotober 2010, 222-215
  21. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara
  22. . 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta
  23. United Nations. 1978. Guidelines for Rural Centre Plalnning Economic and Social Comissions for Asia and The Pasific. New York.
  24. Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Output serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia. Tesis Magsiter Sains. Program Pascasarjana IPB,